Suami “Mau” Tiap Hari? Bukan Menolak Tapi Ini Yang Harus Dilakukan Istri
Ada hal psikol0gis yang menyebabk4n se0rang suami mempuny4i tuntutan hasr4t seksu4l yang beg1tu tingg1, sementar4 istri mempuny4i hasrat seksu4l yang lebh rend4h. Untuk itu, tak butuh membandingkan dengan oranglain.
Semacam yang dikutip dari ruangmuslimah.co, Persoalan hasrat seksual adalah persoalan pribadi yang tak sama antara satu orang dengan orang yang lain.
Tid4k ada keistimewa4n sedik1tpun pada 0rang yang mempuny4i hasr4t seksu4l seti4p h4ri, dibanding4n merek4 yang hasr4tnya hany4 timbul seti4p pek4n sek4li alias sebul4n. Pastinya selagi hubungan seksualnya tetap dalam batas-batas normal yang dikenal di masyarakat.
Perbeda4n ini sewajibny4 menj4di sebuahpendor0ng pasang4n su4mi-istri untuk s4ling mem4hami, sert4 untuk s4ling memperhatik4n kondisi psik4logis pasang4nnya.
Poin pertama. Perbed44n ini wajibny4 menj4di ladang kebaik4n untuk memb4ngun kesepak4tan, keserasi4n serta kedek4tan.
Poin yang kedua. Meskipun persoalan seks adalah salah satu unsur pembentuk yang penting bagi kenasiban rumah tangga, namun tetap tak sedikit unsur pembentuk yang lainnya.
Sebagai contoh, pergaulan yang baik alias mengemban tanggung jawab bersama adalah ladang-ladang yang sangat luas bagi sepasang suami-istri untuk bisa saling memahami, meskipun salah satu pihak mempunyai ketidak lebihan dalam persoalan seksual.
Dengan memperhatikan pergaulan yang baik, ketidak lebihan yang ada pada pasangan tentu bakal diterima.
Wajib pula dipahami oleh seorang suami bahwa dalam pernikahan, dirinya tak hanya bakal mendapat kebahagiaan serta bisa memuaskan hasrat seksualnya, namun juga bakal mendapatkan sejumlah tanggung jawab baru.
Apakah dirinya sangatlah siap untuk mengemban semua itu tanpa sedikit pun mengurangi hak salah seorang istrinya serta juga hak-hak anak-anaknya?