Jangan Remehkan!!!! Dosa Ini Bisa Menghapus Pahala Sebesar Gunung

Dalam sebuah hadits, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« « لأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِى يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا ». قِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لاَ نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لاَ نَعْلَمُ. قَالَ : « أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَ
“Niscaya aku bakal menonton berbagai kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan kebaikan laksana gunung-gunung Tihamah [2] yang putih, kemudian Allah Azza wa Jalla menjadikannya debu yang beterbangan”



Ada [3] yang bertanya: “Wahai Rasulullah, jelaskanlah sifat mereka terhadap kami, supaya kami tidak menjadi tahap dari mereka sementara kami tidak tahu,” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Ketahuilah, mereka adalah saudara kalian, satu bangsa, dan bangun malam sebagaimana kalian. Tapi apabila mereka menyendiri dengan larangan-larangan Allah, mereka melanggarnya”.

Seseorang mungkin menjauh dari dosa dan maksi4t saat berada di hadapan dan dilihat orang lain. Tetapi apabila ia menyendiri dan terlepas dari pandangan manusia, ia pun melepaskan tali kekang nafsunya, merangkul dosa dan memeluk kemungkaran.

وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرً
“Dan cukuplah Tuhanmu Maha Mengenal lagi Maha Menonton dosa hamba-hamba-Nya”. [al-Isrâ`/17 : 17].

وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
“Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang anda kerjakan”. [al-Baqarah /2 : 74].

Bahkan apabila ingin berbuat dosa dan ada seorang anak kecil di hadapannya, ia bakal meninggalkan dosa itu. Dengan demikian, rasa malunya terhadap anak kecil lebih besar daripada rasa malunya terhadap Allah. Andai saat itu ia mengingat firman Allah:

أَوَلَا يَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ
“Tidakkah mereka mengenal bahwa Allah mengenal segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka tampakkan?” [al-Baqarah/2 : 77].

أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ وَأَنَّ اللَّهَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ
“Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah mengenal rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengenal segala yang ghaib?” [at-Taubah/9 : 78]

Sungguh celaka wahai saudaraku! Apabila keberanian kamu berbuat maksiat adalah sebab kamu meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla tidak menonton, maka betapa besar kekufuran anda. Dan apabila kamu mengenal bahwa Allah mengenalnya, maka betapa parah kekurang baikan anda, dan betapa sedikit rasa malu anda!

يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَىٰ مِنَ الْقَوْلِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا
“Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah mengenal mereka, ketika pada sebuahmalam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan”. [an-Nisâ`/4 : 108].

Di antara faktor yang sangat “ajaib” adalah kamu mengenal Allah, tetapi bermaksiat kepada-Nya. Kamu mengenal kadar kemurkaan-Nya, tetapi justru menjatuhkan diri terhadap kemurkaan itu.

Anda mengenal betapa kejam hukuman-Nya, tetapi kamu tidak berusaha menyelamatkan diri. Kamu merasakan sakitnya keresahan dampak maksiat, tetapi tidak berangkat menghindarinya dan mencari ketenangan dengan mentaati-Nya.

Qatadah berpesan: “Wahai anak Adam, demi Allah, ada saksi-saksi yang tidak diragukan di tubuhmu, maka waspadailah mereka. Takutlah terhadap Allah dalam kondisi tersembunyi maupun nampak, sebab sesungguhnya tidak ada yang tersembunyi dari-Nya. Bagi-Nya, kegelapan adalah cahaya, dan yang tersembunyi sama saja dengan yang nampak. Sehingga, barang siapa yang bisa meninggal dalam kondisi husnuzhan (berbaik sangka) terhadap Allah, hendaklah ia meperbuatnya, dan tidak ada kekuatan kecuali dengan izin Allah”.?

وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا أَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَٰكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ وَذَٰلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِي
“Kalian sekali-kali tidak bisa bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan dan kulit anda terhadap kalian, tetapi anda mengira bahwa Allah tidak mengenal banyak dari apa yang anda kerjakan. Dan yang demikian itu adalah prasangka anda yang sudah anda sangka terhadap Rabb kalian, prasangka itu sudah membinasakan kalian, maka jadilah anda tergolong orang-orang yang memenyesal”. [Fushshilat/41 : 22-23].

Ibnul-A’rabi mengatakan: “Orang yang paling memenyesal, ialah yang menunjukkan amal-amal shalihnya terhadap manusia dan menunjukkan kekurang baikannya terhadap Allah yang lebih dekat kepadanya dari urat lehernya” .

“Dan sesungguhnya Kami sudah menciptakan manusia dan mengenal apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya”. [Qâf /50:16].

ذَا مَا خَلَوْتَ الدَّهْرَ يَوْمًا، فَلاَ تَقُلْ خَلَوْتُ وَلَكِنْ قُلْ عَلَيَّ رَقِيْبُ
وَلاَ تَحْسَبَنَّ الله يَغْفُـلُ سَـاعَـةً وَلاَ أَنَّ ماَ تُخْفِيْهِ عَنْهُ يَغِيْـبُ
Saat engkau sedang sendiri jangan katakan aku sendiri,
teapi katakan ada yang senantiasa mengawasi diri ini.
Dan sedikitpun jangan menyangka bahwa Allah lalai,
atau menyangka Dirinya tidak tahu apa yang tersembunyi.

Sungguh takwa terhadap Allah dalam kondisi tidak nampak (fil-ghaib) dan takut kepada-Nya dalam kondisi tersembunyi adalah tanda kesempurnaan iman. Faktor ini menjadi sebab diraihnya ampunan, kunci masuk surga. Dan dengannya, seorang hamba meraih pahala yang agung nan mulia.

إِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَٰنَ بِالْغَيْبِ ۖ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ
“Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan terhadap orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut terhadap Rabb Yang Maha Peterjangkau mesikipun dirinya tidak menonton-Nya. Maka berilah mereka berita gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia”. [Yâsîn/36 : 11].

إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang takut terhadap Tuhan mereka dalam kondisi tersembunyi bakal mendapatkan ampunan dan pahala yang besar”. [al-Mulk/67 : 12].

مَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا أَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَٰكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ وَذَٰلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ وَأُزْلِفَتِ الْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِينَ غَيْرَ بَعِيدٍ هَٰذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ أَوَّابٍ حَفِيظٍ مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَٰنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ ادْخُلُوهَا بِسَلَامٍ ۖ ذَٰلِكَ يَوْمُ الْخُلُودِ لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ
“Dan didekatkanlah surga itu terhadap orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka). Inilah yang dijanapabilan kepadamu, (yaitu) terhadap setiap hamba yang rutin kembali (kepada Allah) lagi merawat (peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut terhadap Rabb Yang Maha Peterjangkau dalam kondisi tersembunyi dan dirinya datang dengan hati yang bertobat. Masukilah surga itu dengan aman, itulah hari kekekalan. Mereka di dalamnya mendapatkan apa yang mereka kehendaki; dan Kami mempunyai tambahannya”.[Qâf/50 : 31-35].

Dan di antara doa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:

أَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِى الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
“Aku memohon rasa takut kepada-Mu dalam kondisi tersembunyi maupun nampak”.
Maknanya, hendaklah seorang hamba takut terhadap Allah dalam kondisi tersembunyi maupun nampak, dan lahir dan batin, sebab banyak orang takut terhadap Allah dalam kondisi terkesan saja.

Tetapi yang penting adalah takut terhadap Allah saat tersembunyi dari pandangan manusia, dan Allah sudah memuji orang yang takut kepada-Nya dalam kondisi demikian.
Bakr al-Muzani berdoa untuk saudara-saudaranya: “Semoga Allah menjadikan kami dan anda zuhud terhadap faktor yang haram, sebagaiman zuhudnya orang yang bisa meperbuat dosa dalam kesendirian, tetapi ia mengenal bahwa Allah menontonnya, maka ia tinggalkan dosa itu”.

Sebagian lagi mengatakan: “Orang yang takut bukanlah orang yang menangis dan ‘memeras’ kedua matanya, tetapi ia adalah orang yang meninggalkan faktor haram yang ia sukai saat ia sanggup meperbuatnya”.

ذَا السِّرُّ وَالإِعْلاَنُ فِي المُؤْمِنِ اسْتَوَى فَقَدْ عَزَّ فِي الدَّارَيْنِ وَاسْتَوْجَبَ الثَّنَا
فَإِنْ خَالَـفَ الإِعْـلاَنُ سِرًّا فَمَا لَهُ عَلَى سَعْيِهِ فَضْلٌ سِوَى الْكَدِّ وَالْعَنَا
Apabila tersembunyi dan tampak bagi seorang mukmin tiada beda,
maka ia sudah sukses di dua dunia dan kami layak memujinya.
Tetapi apabila yang tampak menyelisihi yang rahasia,

tiada kelebihan pada amalnya, tidak hanya penat dan lelah saja.
Hal-hal yang menjadikan takut (khasy-yah) terhadap Allah Azza wa Jalla :
Iman yang kuat terhadap janji Allah l dan ancaman-Nya atas dosa dan maksiat.
Merenungkan kejamnya balasan Allah Subhanahu wa Taala dan hukuman-Nya. Faktor ini menjadikan seorang hamba tidak melanggar aturan-Nya, sebagaimana dikatakan al-Hasan al-Bashri: “Wahai anak Adam, kuatkah engkau memerangi Allah? Orang yang bermaksiat berarti sudah memerangi-Nya”. Sebagian lagi mengatakan: “Saya heran dengan si lemah yang menentang Sang Kuat”.

Kewaspadaan yang kuat terhadap penglihatan Allah dan mengenal bahwa Allah mengawasi hati dan amalan para hamba, dan mengenal mereka di manapun berada. Orang yang sadar bahwa Allah menonton-Nya di manapun berada, mengenal dirinya dengan cara lahir dan batin, mengenal yang tersembunyi maupun yang nampak, dan ia mengingat faktor itu saat menyendiri, maka ia bakal meninggalkan maksiat dalam ketersembunyiannya. Wahb bin al-Ward mengatakan: “Takutlah terhadap Allah sebesar kekuasaan-Nya atas dirimu! Malulah kepada-Nya seukuran kedekatan-Nya kepadamu, dan takutlah kepada-Nya sebab Dialah yang paling mudah bisa menontonmu” [10].

Mengingat makna sifat-sifat Allah, antara lain: mendengar, menonton dan mengenal. Bagaimana kamu bermaksiat terhadap yang mendengar, menonton dan mengenal kondisi anda? Apabila seorang hamba mengingat faktor ini, rasa malunya bakal menguat. Ia bakal malu apabila Allah mendengar alias menonton pada dirinya sesuatu yang Dirinya benci, alias mendapati sesuatu yang Dirinya murkai tersembunyi pada hatinya. Dengan demikian, perkataan, gerakan, dan pikirannya bakal rutin ditimbang dengan timbangan syariat, dan tidak dibiarkan dikuasai hawa nafsu dan naluri biologis.

Ibnu Rajab mengatakan: “Takwa terhadap Allah dalam ketersembunyaian adalah tanda kesempurnaan iman. Faktor ini berpengaruh besar pada pujian untuk pelakunya yang Allah ‘sematkan’ pada hati kaum mukminin”.

Sedang Abu ad-Darda’ menasihati: “Hendaklah setiap orang takut dilaknat oleh hati kaum mukminin, sementara dirinya tidak merasa. Ia menyendiri dengan maksiat, maka Allah menimpakan kebencian kepadanya di hati orang-orang yang beriman”.

Sulaiman at-Taimi mengatakan: “Sungguh seseorang meperbuat dosa dalam ketersembunyiannya, maka iapun terjatuh ke dalam celah kehinaan”[13].

Ada juga yang mengatakan: “Sungguh, seorang hamba berbuat dosa yang hanya diketahui dirinya dan Allah saja. Lalu ia mendatangi saudara-saudaranya, dan mereka menonton bekas dosa itu pada dirinya. Ini tergolong tanda yang paling jelas bakal kehadiran Rabb yang haq, yang membalas amalan –yang kecil sekalipun- di dunia sebelum akhirat. Tidak ada amalan yang hilang di sisi-Nya, dan tiada berkegunaaan tirai dan penutup dari kuasa-Nya. Orang bertersanjung adalah orang yang membenahi hubungannya dengan Allah. Sebab apabila demikian, Allah bakal membenahi hubungannya dengan orang lain. Dan barang siapa yang mengejar pujian manusia dengan mengorbankan murka Allah, maka orang yang awalnya memuji bakal berbalik mencelanya”.

Di antara faktor paling ajaib tentang faktor ini adalah kisah yang diriwayatkan dari Abu Ja’far as-Saih: “Habib Abu Muhammad adalah seorang saudsupaya yang meminjamkan uang dengan bunga. Sebuahhari, ia melalui sekumpulan anak kecil yang sedang bermain. Merekapun berbisik di antara mereka: ‘Pemakan riba datang,’ Habibpun menundukkan kepalanya dan mengatakan: ‘Ya Rabb, Engkau sudah sebarkan rahasiaku pada anak-anak kecil,’ lalu ia pulang dan mengumpulkan seluruh hartanya. Ia mengatakan: ‘Ya Rabb, aku laksana tawanan. Sungguh aku sudah membeli diriku dari-Mu dengan harta ini, maka bebaskanlah aku’. Esok paginya, ia sedekahkan seluruh harta itu dan mulai menyibukkan diri dengan ibadah. Sebuahhari ia melalui kumpulan anak kecil. Ketika menontonnya, mereka berseru di antara mereka: ‘Diamlah! Habib si pakar ibadah datang,’ Habibpun menangis dan mengatakan: “Ya Rabb, Engkau sekali mencela, sekali memuji, dan semua itu dari-Mu’.”

Sufyan ats-Tsauri berpesan: “Apabila engkau takut terhadap Allah, Dirinya bakal menjaga dirimu dari manusia. Tetapi apabila engkau takut terhadap manusia, mereka tidak bakal bisa melindungimu dari Allah”.

Ibnu ‘Aun berpisah dengan seseorang, maka ia berwasiat: “Takutlah terhadap Allah, sebab orang yang takut kepada-Nya tidak bakal merasa sendiri”.
Sedangkan Zaid bin Aslam mengatakan: “Dulu dikatakan: Barang siapa takut terhadap Allah, orang bakal mencintainya, meskipun mereka (pernah) membencinya”.

Postingan populer dari blog ini

Baru Seminggu Suaminya Meninggal. Ibu Ini Berhubbungan Dengan Anaknya Sendiri Atas Dasar Sama­ Sama Suka.

Ternyata Cium Janda 1 Menit Dapat Perpanjang Umur 1 Tahun, ini Faktanya

Video Siswi SMA Melahirkan di Kelas saat Jam Pelajaran Buat Geger Netizen