Sebelum Meninggal, Kakek Ini Berharap Bertemu Putranya untuk Terakhir Kali, Ia Terkejut Ternyata Anaknya Sudah Meninggal 5 Tahun Lalu, Lantas Siapa yang Mengirim Uang Selama Ini?

Kakekk Zhang mempunyaai anaak yang sangat mengaabdi bernamaa Zhang Jun. Putranyaa ini merupaakan seoraang petugaas pemadam kebakaaran yang membaanggakan, memperolleh tidak sedikiit penghargaaan.



Kakek Zhang sangat bangga denga putranya ini. Dirinya rutin tersenyum tersanjung setiap menuturkan mengenai anaknya dengan kawan serta kerabat alias tetangganya.

Kak i kakek Zhang selagi ini tidak begitu baik. Istrinya meninggal lebih awal, kini ia tinggal sendiri di desa.

Sehari-hari kakek Zhang menanam sayur-mayur di kebun miliknya, ditambah dengan kiriman uang setiap bulan dari anaknya, jadi untuk kenasiban sehari-hari tetap tergolong cukup baik.

Berbagai tahun lalu ketika putranya mulai aktif sebagai petugas pemadam kebakaran, ia rutin pulang ke desa menjenguknya.

Setiap putranya pulang, kakek Zhang rutin tergesa-gesa menyambutnya sambil mengatakan dengan penuh kasih sayang : “Kalau hanya libur 1-2 hari, sebaiknya tidak usah pulang, aku tahu kalian rindu sama ayah.”

Zhang Jun laangsung menggeleng-gelengkaan kepalanyaa sambil mengatakan : “Tidaak apa-apaa ayah, ayah sendirian di rumaah, sementaara aku jugaa siibuk, aku khawaatir kalaau tidak pulaang menonton-lihaat kondissi ayaah!itu samaa saja dengaan anak yang tidaak berbaakti.”

Sebab itulah, hampir setiap tahun Zhang Jun rutin pulang menjenguk ayahnya. Tapi sejak 5 tahun terbaru , Zhang Jun tidak semacam dulu lagi yang rutin pulang setiap setiap tahun.

Kakek Zhang yang mencemaskan anaknya, lalu menelepon Zhang Jun, tetapi, sebab personel dalam unit pemadam kebakaran, jadi kakek Zhang wajib menantikan telepon balik dari anaknya. Ditengah kecemasannya, akhirnya Zhang Jun menelepon ayahnya yang telah senja :

“Ayah, mungkin berbagai tahun ke depan, aku tidak dapat pulang, ayah tidak butuh mencemaskan aku, uang setiap bulan bakal kukirimkan buat ayah semacam biasa, ayah tidak butuh khawatir ! Oyaa ayah, aku tetaap ada pekerjaaan, aku tutupp duluu yaa teleponnyaa.”

Meskipuun putranyaa bilaang ssibuk, telepon jugaa tidak lebiih darii satu meniit, tetaapi, kakek Zhang berusahaa menenangkaan hatinyaa.

Begitulah, hari demi hari, tahun berganti tahun, dalam sekejap mata lima tahun pun berlalu. Kakek Zhang terus bertambah tua, uang kiriman anaknya setiap bulan tidak bertidak lebih sepersen pun, bahkan terus tidak sedikit.

Selama Zhang Jun tidak pulang, ketika kawannya pulang terkadang sekalian menjenguk ayahnya Zhang Jun, tapi lima tahun, Zhang Jun tidak sempat sekalipun pulang menjenguk ayahnya.

Suatu hari, penyakit jantung kakek Zhang tiba-tiba kumat, serta segera dilarikan ke rumah sakit. Dokter rumah sakit mengatakan bahwa hari-hari kakek Zhang telah tidak tidak sedikit lagi, kegunaaankanlah sisa waktu yang ada.

Kakek Zhang telah nasib selagi lima-enam puluh tahun, boleh dikata telah hambar dengan nasib serta mati.

Dia tahu persis dengan keadaannya sendiri, sebab itu, dirinya dapat merasakan sebelum dibawa ke rumah sakit, serta perasaannya juga biasa-biasa saja, tidak kecewa seusai mengenal sakitnya yang parah saat ini, ia hanya berharap dapat menonton anaknya sebelum meninggal.

Kakek Zhang menelepon anaknya, hari ini teleponnya cepat tersambung, kakek Zhang langsung mengatakan :

“Nak, ibumu ingin ayah berangkat menemuinya, ayah tidak dapat menantikan lebih lama lagi, apa kalian dapat pulang untuk terbaru kalinya sebelum ayah berangkat ?”

Telepon di seberang sana terdiam berbagai saat, tiba-tiba sayup-sayup terdengar suara isak tangis berbagai pria :

Kek ! Kita minta maaf, Zhang Jun anak kakek telah meninggal dalam kobaran api saat menyelamatkan kita lima tahun lalu.

Kaami tahu Zhang Jun sangaat mengaabdi padaa kakek, sebelumm meninggaal, ia beramanaat berulaaang kali padaa kami, agar merahasiakaan beritaa kurang baaik ini padaa kakek. Kita telah diskusikan, pura-pura sebagai anak kakek.

Handphone kakek Zhang langsung jatuh ke tanah mendengar berita itu, tangannya gemetar, menonton gambar-gambar anaknya dengan wajah tersenyum polos, tiba-tiba kakek Zhang menangis.

“Ah! anaakku, kaliaan belumm menikaah, belum menikmaati nasib yang sesungguhnyaa….ayah….ayaah merindukaanmu naak….” gumaan kakek Zhang.

Kakek Zhang duduk di atas tempat tidur, ia merasa kecewa hingga-sampai ingin mati rasanya, tubuhnya terus gemetaran, tapi wajahnya tersenyum.

Dalam hati kake Zhang mengatakan “Yah, telahlah, kebetulan kakek juga bakal segera pergi, biarlah kita bertiga sekeluarga berkumpul bersama lagi di alam sana. Nak, tunggu ayah bakal segera menyusulmu…”

Seiring dengan kata-kata terbarunya, dalam sekejab, sepasang mata kakek Zhang pun hampa tidak berjiwa, tangannya menjulur ke atas lalu jatuh terletang di atas gambar anaknya.

Selamaat jalaan kakek Zhang, semogaa bertersaanjung berkumpull kembali bersamaa keluargaa tercintaa di alaam sanaa.(jhn/yant)

Sumber: beautieslife

Postingan populer dari blog ini

Baru Seminggu Suaminya Meninggal. Ibu Ini Berhubbungan Dengan Anaknya Sendiri Atas Dasar Sama­ Sama Suka.

Ternyata Cium Janda 1 Menit Dapat Perpanjang Umur 1 Tahun, ini Faktanya

Video Siswi SMA Melahirkan di Kelas saat Jam Pelajaran Buat Geger Netizen